Butuh Impor, tapi bukan Beras

Wednesday, September 20, 2006

Di jalan-jalan tertentu di kota Surabaya ada spanduk menentang impor beras. Memang, ada nuansa politis yang kental. Misal soal komparasi "Jaman Gus Dur, Megawati, tak perlu impor beras, sekarang kok impor?"

Jadi ingat pada artikel Ali Wardhana Isha di KOMPAS. Judulnya Kontradiksi Impor Beras 2006 Nyruduk. Apalagi saat ia membuka catatannya dengan kesimpulan nylekit '... .Di republik ini kata "kontradiksi" dan "inkonsistensi" merupakan ciri utama kebijakan pemerintah'.

Hahahaha. Si Ali ini memang bisa aja. Yang pasti, ia kemudian bercerita tentang stok beras nasional Bulog yang makin menipis. Hingga 31 Desember 2006, cadangan beras di Bulog diprediksi tinggal 550 ribu. Padahal, stok yang aman harus tidak kurang dari 1 juta ton.

Padahal, tulis Ali, hasil Rapat Koordinasi Terbatas Perberasan di Jakarta, 10 Juli 2006, produksi dan ketersediaan beras dalam negeri aman hingga akhir tahun 2006. Oleh karena itu, Menteri Perdagangan (Menperdag) mengeluarkan surat Nomor 649/M-DAG/7/2006 untuk memperpanjang larangan impor beras hingga 31 Desember 2006. Sebelumnya, sesuai dengan Surat Menperdag Nomor 1718/M-DAG/12/2005, larangan impor beras berakhir pada 31 Juli 2006.

Lalu, saya menanggapi apa di Kartunesia? Katanya di weblog macam gini harus ada komentar? Ya gambar lama ini aja! Gak serius yo ben....