Ada teman cerita, "Lebaran ini, saya tidak bisa pulang kampung. Sedih banget. Aku gak bisa ketemu ayah ibuku, tak bisa ketemu kakak dan adik-adikku, dan ini yang gak seru, aku nggak bisa ketemu dengan tetanggaku, my girl next door, yang luar biasa seksi..."
Anggap saja, nama teman ini Pam. Teman lama, teman saat suka balapan motor di sebuah jalan utama kota Bojonegoro (hahaha). Well, saya tahu siapa yang ia maksud. Namanya Kia, anggap saja gitu. Ia jadi pujaan banyak pria, ramah, eeng.. seksi, dan punya bapak tentara (kasihan ya).
Nah, Pam, teman ini, sejak dulu naksir berat. Sayang, Kia masih punya jalur kuat buat mempertahankan diri dari godaan setan yang terkutuk. Jadi, ia masih selamat dari rengkuhan pendekar berwatak jahat.
"Tapi kawan, sebenarnya bukan itu yang membuat saya ingin pulang. Aku pingin mencium kaki ibuku," kata Pam. Lalu ia bercerita, kapan hari, ia mendengar kabar soal ibunya yang sempat mengeluh. Bahwa anak-anaknya, setelah jadi orang di kota, mulai enggan sambang ke kampung halaman. Mau mudik aja ada alasan masih tugas lah, tidak boleh boss-lah.
"Seperti ini kan repot. Masa aku harus menjelaskan bahwa aku sebagai karywan, berarti sudah menyerahkan nyawaku ke perusahaan? Masa aku mesti menjelaskan konsep dasar kapitalisme, masa harus bicara soal Marx?" kata Pam.
Aku langsung sedih. Baukan karena apa. Karena tiba-tiba saja, aku jadi ingat ibuku, ingat surga di kakinya.
ARCHIVES
Karena Surga Menunggu di Kakinya
Thursday, October 19, 2006
Diposting oleh jagung manis di 11:40 AM
Label: KONTEMPLASI
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
3 komentar:
kok ndak posting maneh yah????
20161110meiqing
fit flops
supra for sale
true religion
ralph lauren outlet
michael kors handbags
toms outlet
coach outlet
vans shoes
ugg australia
michael kors handbags
canada goose
pandora charms
red bottoms shoes
red bottoms
michael kors handbags
michael kors outlet clearance
red bottoms outlet online
cheap ray ban sunglasses
moncler jackets
louis vuitton outlet
20161216caiyan
Post a Comment