OBITUARY SEBUAH AKAL SEHAT

Wednesday, July 04, 2007

Satu persatu, mereka terjungkal dari peradaban. Meninggalkan hamparan rumput segar, yang entah mengapa tak lagi berasa kesejukan. Konon, beberapa tahun silam, banyak orang bilang bahwa ini tanah surga. Harapan siap jadi kenyataan dengan cara yang paling wajar. Tiap mimpi akan mendapat penghargaan dengan cara yang layak. Tapi seperti banyak kisah, selalu ada akhir yang kadang tak memuaskan pembaca, pemirsa, atau pendengarnya. Ini bukan cerita tanpa logika, meski ini cerita yang paling menyedihkan.

Semua gara-gara Sangkuni. Ia datang, bersama beberapa sangkuni lain, kloning busuknya. Datang menghasut para raja, menebar berita bohong, fitnah, dan menawarkan logika-logika palsu. Dasar sang raja berotak bebal, ia lebih suka menganggukan kepala. Bapaknya, raja terdahulu, memilih diam berlagak jadi pandita.

Penasehat yang lain, hanya bisa diam karena dihadapkan pada pilihan-pilihan yang tak mengenakkan ; diam atau dihancurkan diam-diam.
"Saya hanya penasehat, bukan raja. Saya hanya bisa memberi jawaban ketika diminta. Dan berbeda dengan sang raja terdahulu yang tak malu bertanya, raja kini, lebih suka berprasangka, bahwa saya bisa membangun nafsu untuk menjadi raja," keluh Penasehat. Orang-orang yang datang mengadu ikut diam tak berdaya. Tak tahu, kan dibawa kemana akal sehatnya nanti.

Sementara di sana, Punggawa Tata Energi duduk dengan congkaknya. Di ruang sebelah, Punggawa Pembawa Berita menari di atas tumpukan surat-surat cinta. Di ruang lain, ada punggawa yang pura-pura bekerja, tapi pikirannya entah di selangkangan siapa. Di tempat lain, Punggawa Perdagangan Nagari menangis pilu. Bersama Punggawa Lontar, juru tulis kerajaan, dan beberapa pengikut setia.

"Suatu saat, kita akan terbiasa berkenalan dengan dengki dan curiga. Jika kita tak mampu menjilat pantat raja, melumat kelamin Penasehat Sangkuni, kita akan tergilas. Yang artinya, dipaksa untuk meninggalkan nagari ini," timpal Punggawa Perdagangan Nagari. Di depannya, beberapa rekan sejawat mencoba untuk tak meneteskan air mata. Membiarkan punggawa yang hampir delapan tahun berbagi waktu dan ruang itu mengumpulkan barang-barang penting di kotak baja.

"Kawan-kawan seperjuangan, terima kasih atas dukungan dan kepercayaannya selama ini. Hampir delapan tahun saya bergabung dalam sebuah keluarga besar yang luar biasa. Saya banyak belajar di sini, tentang apa arti loyalitas, integritas, berkarya, bercanda, tertawa. Saat ini bisa diartikan sebagai akhir perjalanan, saya lebih suka melihat ini sebagai awal persahabatan. Maafkan kalau ada kesalahan, sepurane yo dulur. Aku tangi dhisik," kata Punggawa Perdagangan Nagari, berdiri lalu meninggalkan ruang kerjanya.

Tak ada air mata, tak ada pula yang berani tertawa. Karena waktu memang telah bergerak dengan caranya sendiri. Yang pasti, kabar ini tak menggoyahkan Sang Raja beranjak dari pengaruh Sangkuni. "Selalu akan ada seleksi alam. Siapa yang bisa bertahan. Akan ada bintang-bintang baru yang siap menjaga nagari ini," katanya.

** untuk mereka yang akhirnya menemukan jalan

14 komentar:

Novri said...

Jadi terharu aku Ndro ?
Kamu emang jago mengolah kata-kata..
sumpah!! sayang kalo kamu masih tetap bertahan di meja pojokan itu... nunggu tembok ta ?? cepet bangun ya!!
boleh aku forward ke mailist ya ??
hahahahhaa..

Manda La Mendol said...

Hmm... salut buat Punggawa Perdagangan Nagari, keberanian itu nggak ditunggu, tapi dijemput dengan persiapan resiko yg harus ditanggung.

Bukankah berani hidup juga resikonya harus berani mati ? Walau ironis... tiap orang pengen masuk sorga, tapi takut mati. Padahal nggak ada sorga tanpa diawalin kematian....:) !!!

*dear bos, sering posting doong.

Anonymous said...

Filosifis sekalee mandaa....
Yah, sebagai cantrik, diriku masih perlu byk belajar. Termasuk belajar untuk percaya pada diri sendiri, bahwa kita mau, kita bisa..(loh opo hubungane)

salam dr cantrik di nagari sebrang...

jagung manis said...

Memang repot ninggalin atribut. Padahal ini catatan gak ada hubungannya dg yg temen2 maksud loh. Ini murni negeri antah berantah........

Anonymous said...

Aku ngerti maksudmu jo. Ngaku ae, koen sumpek se? Hahahahahaaa, oalah jo, kapokmu kapan. Kerjo kok melu setan.......

Anonymous said...

Orang sabar disayang Tuhan. Tapi orang yang sedang nunggu disayang Tuhan sangat banyak. Jadi harap sabar, antreeee.... Eh, milis aws jalan lagi ya?

Anonymous said...

Orang sabar disayang Tuhan. Bener. Tapi kalau kesabaren, setannya makin berkuasa, kuat, dan makin tak tergoyahkan. Makanya, habisi aja itu Sangkuni dkk. Jo, masa gak berani? Sikat! Ingat jare Totok "Don't let me kill you!"

Anonymous said...

wakakaka setan kok di meloki ....

yuki said...

Mangkanya Michael Learns To Rock bilang, "That's Why You Go Away I Know"

Anonymous said...

Mas, link artikel iki tak pajang di BLOG AJI SURABAYA. Maaf. Aku wisa gak sabar....

Anonymous said...

uang mengalahkan logika,mengalahkan malu,mengalahkan iman tapi bukan iman dh yaaa hehehehe.aku dan temen2 cuma bisa doakan yg terbaik.

Anonymous said...

mjog ahugavert, takk

Anonymous said...

My name is James Howley I was browsing internet and found your blog. The author did a great job. I will subscribe to your RSS feeds. Thank you for your contribution. I am a web designer myself. And here some examples of the websites that I designed for payday loan canada loans company.

Anonymous said...

Find and select some good points from you and it helps me to solve a problem, thanks.

- Henry